Archive for Agribiz

Masih Menarikkah Bisnis Peternakan Kambing & Domba di Tahun 2026?

Di tengah naik-turunnya harga pakan dan tekanan pasar daging impor, banyak pelaku agribisnis bertanya-tanya:
Masih menarikkah beternak kambing dan domba di tahun 2026?
Jawabannya: masih menarik — bahkan sangat prospektif, asalkan dijalankan dengan strategi yang tepat.

Peternakan kambing dan domba kini tidak lagi sekadar urusan menjual hewan hidup menjelang Idul Adha.
Ia sedang bertransformasi menjadi bisnis berbasis produk, data, dan kolaborasi rantai nilai.


Kondisi Terkini: Produksi & Populasi Naik, Permintaan Stabil

Data resmi menunjukkan fondasi bisnis ini masih kuat:

  • Produksi daging kambing dan domba Indonesia pada 2022 mencapai 112,93 ribu ton, naik 2,26 % dari tahun sebelumnya.
    📗 Sumber: Outlook Daging Domba 2023 – Satu Data Pertanian
  • Populasi kambing nasional selama 25 tahun terakhir terus meningkat. BPS mencatat lebih dari 12,5 juta ekor kambing sudah tercapai sejak 2000, dan tren 2024–2025 terus positif.
    📗 Sumber: Databoks Katadata, 2025
  • Sentra produksi terbesar berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sumatera Utara — wilayah dengan rantai pasok pakan dan tenaga kerja kuat.

Artinya: kapasitas produksi kita sudah cukup mapan, tinggal bagaimana mengelola efisiensi dan distribusinya agar margin tetap sehat.


Permintaan Musiman & Rutin: Dua Kunci Emas

1. Permintaan Musiman (Kurban & Haji)

Permintaan terbesar masih datang dari Idul Adha dan musim haji.
Baznas mencatat, jumlah pekurban nasional 2025 mendekati 1,8 juta ekor kambing dan domba.
Harga di lapangan pun cukup menarik:

JenisBobotHarga (2025)
Kambing/Domba ekonomis25–30 kgRp 2,5 – 3 juta
Domba premium35–40 kgRp 4 – 4,5 juta
Kambing super>45 kgRp 5 – 6 juta

📗 Sumber: Detik.com – Harga Hewan Kurban 2025 (Baznas)

Dengan penggemukan terencana selama 3–4 bulan, margin bersih bisa mencapai 25–35 % per ekor.


2. Permintaan Rutin (Non-Musiman)

Di luar musim kurban, peluang besar datang dari:

  • Restoran dan hotel (menu sate, gulai, tongseng premium)
  • Jasa catering untuk hajatan dan event
  • Produk olahan frozen food (sate beku, rendang vakum, bakso kambing, abon, dsb.)

Permintaan ini stabil sepanjang tahun, asal peternak mampu:

  • Menjamin kualitas & keseragaman daging,
  • Memiliki kemasan & sertifikasi,
  • Dan menjaga rantai dingin (cold chain).

Rantai Nilai: Dari Peternak ke Meja Konsumen

Bisnis kambing-domba di 2026 tak lagi berdiri sendiri. Ia bergerak dalam rantai nilai yang saling bergantung.

LevelPeranStrategi Ideal
Peternak kecil (≤ 50 ekor)Produksi dasar, penggemukan lokalGabung koperasi, buat produk sederhana (pupuk, daging potong)
Peternak menengah (50–200 ekor)Pemasok kurban & restoranTerapkan manajemen bobot & kalender panen
Pedagang besar / pengepulDistribusi antarwilayahGunakan marketplace ternak & sistem grading
Catering / restoran / hotelPembeli akhir B2BGunakan kontrak pasokan jangka panjang
Retail modern / e-commercePenjualan produk olahanKembangkan branding & sertifikasi halal

💡 Peternak yang sudah memiliki produk (daging olahan, susu kambing, pupuk, sabun, dll.) lebih tahan terhadap fluktuasi pasar dibanding yang hanya menjual hewan hidup.


⚠️ Tantangan di 2026 yang Harus Diantisipasi

  1. Fluktuasi harga pakan (impor bahan baku, cuaca, dan distribusi lokal).
  2. Risiko oversupply lokal — produksi tinggi tanpa akses pasar jelas.
  3. Konsumsi daging kambing/domba per kapita stagnan, sehingga perlu inovasi produk.
  4. Keterbatasan modal & teknologi untuk peternak kecil.
  5. Kesehatan hewan & biosecurity, yang makin penting pasca wabah PMK.

📗 Sumber data: Outlook Komoditas Kambing/Domba 2023 – Pusdatin Kementan


Strategi Praktis Naik Kelas di 2026

🐐 Untuk Peternak

  • Buat kalender penggemukan 3–4 bulan sebelum Idul Adha.
  • Terapkan pencatatan digital sederhana (Excel/WhatsApp) untuk bobot & pakan.
  • Mulai produk turunan: sate beku, daging potong, atau pupuk cair organik.
  • Gabung koperasi atau komunitas agar bisa jual kolektif & akses modal.

🚚 Untuk Pedagang / Pengepul

  • Terapkan grading & branding lokal.
  • Gunakan platform digital untuk pre-order.
  • Jaga hubungan baik dengan peternak dan buyer B2B.

🍽️ Untuk Catering / Restaurant

  • Buat kontrak jangka panjang dengan peternak lokal.
  • Kembangkan menu berbasis kambing lokal premium.
  • Tampilkan asal hewan (traceability) untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

Kesimpulan

Bisnis kambing dan domba di 2026 masih sangat menarik — tapi tidak untuk semua orang.
Yang bertahan dan berkembang hanyalah:

  • Peternak yang berorientasi data & kualitas,
  • Yang punya produk bernilai tambah,
  • Dan yang aktif membangun jejaring & kemitraan pasar.

Dari peternak — menjadi pengusaha ternak.
Dari menjual kambing hidup — menjadi penyedia produk dan solusi protein lokal.


Rekomendasi Langkah 6 Bulan ke Depan

  1. Audit biaya pakan & hitung margin per ekor.
  2. Buat produk olahan sederhana (sate beku / pupuk cair).
  3. Siapkan branding digital (Instagram / marketplace ternak).
  4. Cari mitra bisnis jangka panjang (hotel, baznas, koperasi).
  5. Pantau data resmi BPS & Outlook Kementan tiap tahun untuk perencanaan.

Sumber Data & Referensi


🌿 Penutup

Bisnis peternakan kambing dan domba adalah bisnis yang tidak lekang oleh waktu — tapi butuh cara baru dalam menjalankannya.
Dengan teknologi, kolaborasi, dan inovasi produk, peternak lokal bisa menjadi tulang punggung ketahanan pangan dan sumber protein nasional.

www.entelemi.com
Edukasi, Inspirasi, dan Inovasi untuk Peternak & Pelaku Agribisnis Indonesia.

Leave a comment »

Mengapa Setiap Pelaku Usaha Peternakan Harus Memiliki Produk? Fondasi Utama untuk Masuk Pasar dan Mendapat Keuntungan

Mengapa Produk Adalah Fondasi Usaha Peternakan

Dalam dunia peternakan, banyak pelaku usaha yang sudah bekerja keras setiap hari—memberi pakan, menjaga kesehatan ternak, dan merawat kandang—namun belum menentukan produk utama yang menjadi hasil akhirnya.
Padahal, tanpa produk yang jelas, usaha peternakan sulit masuk ke pasar dan menghasilkan keuntungan berkelanjutan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2023), lebih dari 68% usaha peternakan rakyat di Indonesia masih menjual hasil mentah seperti sapi hidup, susu segar, atau telur curah. Akibatnya, margin keuntungan kecil dan posisi tawar peternak di pasar sangat lemah.
Kuncinya: bertransformasi dari “peternak produksi” menjadi “peternak produsen produk.”

Fondasi bisnis peternakan

Apa Itu Produk dalam Konteks Usaha Peternakan?

Produk tidak hanya berarti barang fisik yang dijual, tetapi juga nilai tambah dari hasil ternak yang dikemas, diolah, atau diposisikan sesuai kebutuhan pasar.

Contoh bentuk produk peternakan yang bernilai jual tinggi:

Jenis UsahaProduk MentahProduk Bernilai Tambah
Sapi PotongSapi hidupDaging potong kemasan, abon sapi, bakso beku
Ayam PetelurTelur curahTelur omega-3, telur organik, telur asin
Kambing PerahSusu segarYogurt kambing, sabun susu kambing
ItikItik hidupTelur asin premium, dendeng itik

Memiliki produk bernilai tambah membuat usaha peternakan lebih tahan terhadap fluktuasi harga, lebih diterima pasar modern, dan lebih mudah dikembangkan secara berkelanjutan.

Produk sebagai Kunci Masuk ke Pasar

Pasar tidak membeli “usaha,” pasar membeli produk.

Untuk itu, pelaku peternakan perlu menjawab tiga pertanyaan mendasar:

  1. Apa produk utama saya?
  2. Siapa target pembeli saya?
  3. Bagaimana produk ini sampai ke tangan mereka?

Sebagai contoh, seorang peternak kambing etawa yang awalnya hanya menjual susu segar bisa mengembangkan:

  • Susu kambing pasteurisasi untuk konsumen urban,
  • Sabun susu kambing alami untuk segmen kecantikan,
  • Yogurt kambing rendah laktosa untuk konsumen sehat.

Data Kementerian Pertanian (2022) menunjukkan bahwa peternak yang mengolah hasil ternaknya menjadi produk olahan mampu meningkatkan margin keuntungan hingga 200–300%.

Produk sebagai Konversi Nilai Ekonomi

Produk berfungsi sebagai alat konversi aktivitas peternakan menjadi nilai ekonomi.
Tanpa produk, semua kegiatan hanya berhenti di tahap produksi.
Dengan produk, kegiatan tersebut menjadi bisnis yang memiliki nilai tambah dan berkelanjutan.

Rantai nilai (value chain) agribisnis peternakan mencakup:
Input → Produksi → Produk → Distribusi → Pasar → Keuntungan.
Jika tahap produk tidak ada, maka rantai ekonomi terputus, dan usaha kehilangan arah finansial.

Langkah-Langkah Praktis Membentuk Produk Peternakan

Berikut langkah sederhana agar peternak bisa naik kelas menjadi produsen berbasis produk:

1️⃣ Identifikasi Potensi Utama

Kenali hasil ternak yang paling bernilai: daging, telur, susu, pupuk kandang, atau limbah yang bisa diolah kembali.

2️⃣ Tentukan Bentuk Olahan yang Sesuai Pasar

Gunakan pendekatan permintaan. Contoh: masyarakat urban menyukai produk siap saji dan higienis.

3️⃣ Bangun Identitas Merek

Nama merek, logo, dan kemasan sederhana sudah cukup untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.

4️⃣ Uji Pasar Lokal

Mulailah dari koperasi, toko tani, atau platform media sosial untuk melihat respon pasar terhadap produk.

5️⃣ Kembangkan Kemitraan

Berkolaborasilah dengan UMKM, koperasi, atau lembaga pendamping usaha untuk memperluas skala produksi dan distribusi.

Dari Peternak ke Produsen Bernilai Tambah

Setiap pelaku usaha peternakan harus memiliki produk.
Produk adalah:

  • Dasar usaha,
  • Pintu masuk ke pasar, dan
  • Sumber utama keuntungan.

Mulailah dari produk sederhana, kembangkan nilai tambahnya, dan arahkan ke segmen pasar yang tepat.
Dengan cara ini, peternakan rakyat Indonesia bisa naik kelas menjadi agribisnis modern yang berdaya saing dan berkelanjutan.

“Peternak tanpa produk ibarat petani tanpa hasil panen — kerja kerasnya ada, tapi nilainya tak sampai ke tangan.”

Mari kita ubah pola pikir dari “beternak untuk menghasilkan ternak” menjadi “beternak untuk menghasilkan produk.”
Karena di era agribisnis modern, yang bertahan bukan yang paling besar, melainkan yang paling mampu menciptakan nilai.


📚 Referensi:

  1. Badan Pusat Statistik (BPS). 2023. Statistik Peternakan Indonesia 2023.
  2. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2022. Laporan Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Nilai Tambah Produk Peternakan.
  3. Food and Agriculture Organization (FAO). 2021. Livestock Value Chain Development in Southeast Asia.

Leave a comment »

“Jejaring Bisnis Peternak: Rahasia Bangsal Wedhus & Madinah Aqiqah Tembus Pasar Lokal hingga Nasional” (Kisah Sukses Peternak Jawa & Kaltim)

Bayangkan punya kandang penuh domba gemuk, sehat, siap jual. Tapi saat tiba waktunya panen, Anda bingung: siapa yang beli? Di mana pasar yang tepat? Bagaimana harga ditentukan? Banyak peternak muda dan pelaku UMKM mengalami dilema ini. Padahal, jawabannya bukan hanya di kandang, tapi di luar—di dunia jejaring bisnis.

Jejaring bukan sekadar punya banyak kontak. Ini tentang membangun hubungan yang saling menguntungkan, membuka akses pasar, dan menciptakan peluang yang tak mungkin diraih sendiri. Dan kisah nyata dari dua peternak—Bangsal Wedhus di Klaten dan Madinah Aqiqah di Bontang—menunjukkan betapa kuatnya kekuatan jaringan.

Bangsal Wedhus: Dari 50 ke 200 Ekor per Siklus, Berkat Kolaborasi Nyata

Di Karangdowo, Klaten, Jawa Tengah, ada peternakan kecil bernama Bangsal Wedhus. Awalnya hanya mengelola sekitar 50 ekor domba. Tapi kini, mereka bisa mengelola hingga 200 ekor per siklus penggemukan, dengan durasi rata-rata 3 bulan.

Bagaimana caranya?

Kuncinya adalah kerja sama strategis. Mereka tidak hanya mengandalkan lahan sendiri, tapi menjalin kemitraan dengan pondok pesantren di Jawa Timur yang memiliki lahan wakaf luas. Lahan itu dimanfaatkan untuk breeding (pembiakan), sementara Bangsal Wedhus fokus pada penggemukan.

Mereka juga membangun sistem pasokan yang efisien. Bibit domba diambil dari wilayah sekitar—Klaten, Sukoharjo, bahkan Purbalingga—dan sebagian dari Jawa Barat. Dengan begitu, mereka tidak tergantung pada satu sumber, dan bisa memilih bakalan dengan kualitas terbaik.

Yang paling cerdas? Sistem jual beli berdasarkan timbangan hidup. Mereka beli domba dengan harga per kilogram, misalnya Rp30.000/kg, lalu jual setelah penggemukan dengan harga Rp35.000/kg. Dengan sistem ini, margin keuntungan jelas, risiko rugi bisa diminimalisasi, dan transparansi terjaga.

Madinah Aqiqah: Jejaring Pasar yang Terbukti di Bontang, Kaltim

Di Bontang, Kalimantan Timur, Madinah Aqiqah bukan hanya peternak, tapi juga penyedia layanan aqiqah lengkap. Mereka membangun hubungan langsung dengan calon pelanggan. Orang tua bisa datang ke kandang, memilih kambing sendiri, bahkan menyaksikan prosesi penyembelihan.

Mereka juga menawarkan test food gratis, sehingga pelanggan tahu persis rasa makanan yang akan dibagikan. Ini bukan hanya pelayanan, tapi strategi membangun kepercayaan.

Yang menarik, mereka tidak hanya mengandalkan penjualan langsung. Mereka membangun jejaring dengan komunitas, masjid, dan lembaga sosial. Hasilnya? Permintaan stabil sepanjang tahun, terutama saat musim aqiqah dan kurban.

Trik Nyata: Langkah Step-by-Step Membangun Jejaring Bisnis Peternak

Ingin membangun jejaring seperti Bangsal Wedhus dan Madinah Aqiqah? Berikut langkah konkret yang bisa Anda lakukan mulai hari ini:

1. Mulai dari Lingkungan Terdekat

  • Catat semua peternak di desa atau kecamatan Anda.
  • Ajak diskusi informal: kopi darat, pertemuan RT, atau acara desa.
  • Tawarkan kerja sama kecil: tukar bibit, bagi pakan, atau saling bantu saat panen.

2. Manfaatkan Media Sosial Secara Cerdas

  • Buat akun khusus peternakan di Instagram atau Facebook.
  • Posting rutin: perkembangan ternak, bobot harian, testimoni pembeli.
  • Gunakan fitur story untuk menawarkan stok terbaru atau diskon khusus.

3. Bangun Relasi dengan Pembeli Langsung

  • Hubungi warung sate, restoran, atau penyedia layanan aqiqah di kota terdekat.
  • Tawarkan sampel gratis atau sistem konsinyasi (jual dulu, bayar nanti).
  • Gunakan sistem timbangan hidup agar harga transparan dan kepercayaan terbangun.

4. Gabung atau Bentuk Kelompok Peternak

  • Jika belum ada, inisiasi kelompok peternak di wilayah Anda.
  • Atur pertemuan bulanan untuk evaluasi usaha dan bagi informasi.
  • Kumpulkan dana bersama untuk pembelian pakan atau alat ternak secara grosir.

5. Jalin Kemitraan dengan Lembaga

  • Hubungi dinas peternakan setempat untuk program binaan atau pelatihan.
  • Ajukan kerja sama dengan pondok pesantren, masjid, atau koperasi yang butuh pasokan domba/kambing.
  • Manfaatkan program pemerintah seperti plasma atau kemitraan usaha rakyat.

6. Catat dan Evaluasi Setiap Transaksi

  • Gunakan buku atau aplikasi sederhana untuk mencatat: tanggal beli, bobot awal, biaya pakan, bobot akhir, harga jual.
  • Hitung margin keuntungan per ekor dan per siklus.
  • Gunakan data ini untuk negosiasi dan perluasan jaringan.

Jejaring adalah Investasi, Bukan Biaya

Bangsal Wedhus dan Madinah Aqiqah membuktikan: kesuksesan peternakan tidak ditentukan oleh siapa yang punya kandang terbesar, tapi siapa yang punya jaringan terluas. Jejaring membuka pintu yang sebelumnya tertutup, mengubah peternak dari penjual pasif menjadi pelaku bisnis aktif.

Mulailah dari satu percakapan. Satu pertemuan. Satu kolaborasi kecil. Karena di balik setiap peternak sukses, selalu ada jaringan yang mendukungnya. Dan jaringan itu bisa dimulai dari Anda.

Leave a comment »

Happy Farming: Kunci Keberhasilan Usaha Ternak!

Selamat datang di dunia Happy Farming! Di sini, kami percaya bahwa kebahagiaan adalah kunci utama dalam setiap langkah usaha ternak. Ketika kita menciptakan lingkungan yang bahagia untuk hewan ternak kita, hasilnya pun akan luar biasa!

Happy Orangnya : Peternak yang bahagia akan lebih produktif dan penuh semangat. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang terus ditingkatkan, kita dapat memberikan perawatan terbaik untuk ternak kita.

Happy Ternaknya : Ternak yang dirawat dengan baik, diberi pakan berkualitas, dan lingkungan yang nyaman akan tumbuh sehat dan produktif. Kebahagiaan mereka terlihat dari kesehatan dan produktivitas yang optimal!

Happy Lingkungannya : Dengan menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan, kita tidak hanya menjaga kebahagiaan ternak, tetapi juga melestarikan lingkungan. Mari kita jaga bumi kita agar tetap sehat dan subur!

Happy Marketnya : Konsumen yang puas adalah hasil dari produk ternak yang berkualitas. Ketika kita berkomitmen untuk memberikan yang terbaik, pasar akan merespons dengan antusiasme dan kepercayaan.

Mari bersama-sama menciptakan ekosistem Happy Farming! Karena ketika semua bahagia, keberhasilan usaha ternak pun akan datang dengan sendirinya.

#HappyFarming#UsahaTernak#KebahagiaanBersama#ternaksapi#ternakkambing#ternakayam#integratedfarming#SustainableFarming#PeternakanBahagia#HealthyAnimals#HappyMarket

Leave a comment »