Archive for Industrial

Growing Together…..Bersama Ben Berkah

 

benberkah.jpg

Masih ingat pelajaran PMP atau PPKN sewaktu SMP tentang Homo Homini Socius yaitu manusia sebagai makluk social. Makhluk ciptaanNya yang tidak bisa hidup sendiri dengan kondisi apapun juga…… Banyak orang yang beranggapan mampu survive sendiri tetapi berakhir tragis bahkan mengenaskan. Bayangkan Anda hidup sendiri diplanet bumi ini…? (may be…) Bisa dipastikan sang waktu akan selalu memburu…ditemani sang maut…

Dipastikan tak ada satu manusiapun yang mampu melewati semua tahapan itu sendiri. Negeri Indonesia sekarang ini banyak di isi oleh komponen produktif. Mereka dengan giat bekerja menafkahi keluarga dan anak mereka……. Tetapi ada yang perlu mendapat perhatian yaitu anggota kelompok produktif yang belum berproduksi .

Realita sosial diatas dapat dipergunakan sebagai salah satu analogi dalam realita usaha peternakan.  Jarang sekali seorang peternak yang sukses dalam semua bagian bidang usaha peternakan, walaupun idealisme semua peternak adalah penguasaan semua bidang hulu , hilir beserta faktor pendukungnya.

Sebelumnya kita lihat periode kehidupan manusia secara makro utntuk membuktikan “socius”.  Hal ini akan coba kita review dalam usaha peternakam. Kehidupan manusia secara umum dikelompokkan menjadi tiga yaitu

Periode anak-anak mencakup kehidupan untuk belajar dan mengetahui apa yang ada di Bumi ini hingga dia berajak dewasa. Periode kehidupan yang menyenangkan bahkan terkenang hingga ajal menjelang.

Periode awal minat untuk berusaha dibidang peternakan sampai dengan  tahun- tahun awal berjalannya usaha ternak.  Dimana masih banyak diwarnai kesenangan dalam usaha ternak dengan kehausan akan serapan ilmu praktis.  Banyak  hal kejadian yang akan terkenang, seperti pertama kali menyaksikan dan mendampingi ternak lahir dll.

Periode produktif. Masa untuk berjuang atas hidup dan kehidupan.. kurang lebih periode umur 18 – 45 tahun. Keberadaannya sebagai manusia banyak diperankan pada periode ini. Manusia bekerja, menikah dan mempunyai anak.

Pada usaha peternakan  periode ini adalah periode sebuah peternakan yang lewat dari masa ujian dua tahun awal. Biasanya periode dimulai diatas tahun ketiga hingga mulai munculnya diversifikasi usaha berbasis ternak.

Pensiun. Waktu untuk berhenti dan menikmati jerih payah dan sekaligus sebagai penantian. Masa yang banyak diisi dengan ibadah dengan tulus

Ternak bekerja untuk pemilik ternak, sebuah periode dimana peternak dapat menikmati jerih payah usaha ternaknya. Posisi dan lokasi peternak sudah relatif tidak menganggu aktivitas usahanya. Masa dimana sudah mentransfer ilmu kepada orang lain. Dalam usaha ternak sebenarnya kurang pas dikatakan pensiun selagi usaha masih berjalan kecuali usahanya dilikuidasi.

kerjasama.png

Dipastikan tak ada satu manusiapun atau satu peternakpun yang mampu melewati semua tahapan itu sendiri. Negeri Indonesia sekarang ini banyak di isi oleh komponen produktif. Kondisi perekonomian dunia dan regional saat ini menuntut untuk berproduksi. Mereka dengan giat bekerja menafkahi keluarga dan anak mereka……. Tetapi ada yang perlu mendapat perhatian yaitu anggota kelompok produktif yang belum berproduksi .

Mereka masih terlilit masalah, masalah  pakan, masalah bibit, masalah produksi, masalah pemasaran, masalah modal dan masalah masalah lain yang semakin  menguras energi apabila dihadapi sendiri. Sudah saatnya  rekan peternak saling bekerja sama dan bukan lagi sama sama kerja. Sudah saatnya  peternak bersatu dalam jaringan dengan spesialisasi masing masing. Sudah saatnya kita sadar kalau kita saling membutuhkan. Filosofi lidi yang terikat menjadi sapu; lebih kuat dan lebih bermanfaat perlu menjadi pertimbangan. Konsep berjama’ah dalam sholat dapat menjadi sebuah panduan dengan harapan bersama-sama menuju keberkahan……Bersama Ben Berkah (Bersama Biar Berkah)

Sendiri bukanlah pilihan bijak….Bijaksanakah keputusan ini..? yang pasti tidak salah Karena mereka beralasan bahwa sendiri bukanlah pilihan bijak untuk mengarungi hidup dan usaha peternakan.

Leave a comment »

Kebangkitan Peternak Kambing Perah

Peternak ruminansia kecil (kambing domba) beberapa saat lalu suaranya nyaris tidak terdengar hingga sayup sayup terdengar di Kementerian Pertanian. Alangkah lebih tidak terdengar lagi apabila ini ditarik ke lembaga wakil rakyat DPR RI………tapi ini sekarang sudah menjadi sejarah.

Beberapa tahun terakhir perhatian besar kementerian pertanian dalam hal ini Dirjen Peternakan terhadap peternak kambing domba menjadi totalitas. Terbukti beberapa kali event acara pertanian dan peternakan selalu dihadiri oleh Dirjen, Silaturahmi Nasional Peternak Kambing Indonesia contohnya .

Fakta ini menimbulkan semangat yang luar biasa dikalangan peternak kambing domba untuk bangkit dan bergerak dalam suasana persaingan bebas saat ini (MEA). Eksekutif sudah mulai bergerak menuju ruminansia kecil, saatnya juga kita harapkan lembaga legislatif berperan baik dalam fungsinya dalam budgeting maupun pengawasan, agar kesejahteraan peternak kambing dan domba dapat diperjuangkan.

dpr.png

Hadir dalam acara Pelatihan Kewirausaan Peternak Kambing Domba di Cibodas Jawa barat, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Ir. H. E. Herman Khaeron, MSi. Beliau menyampaikan bahwa sudah saatnya diperlukan diversifikasi dalam penyediaan protein hewani (daging terutama disamping susu) ditengah perlombaan lari antara pertumbuhan konsumsi versus tingkat produksi. Gagasan ini muncul agar energi kita tidak habis dan target produksi tercapai.

Diversifikasi ini sangat mungkin dilakukan pada komoditas kambing dan domba, termasuk didalamnya kambing perah bahkan beliau siap support penuh peternak sampai sisi pendanaan melalui mekanisme budgeting dewan. Arahan kebijakkan Komisi IV DPR RI :

  • Meminta agar pemerintah menyediakan benih dan bibit kambing perah yang berkualitas dan menjamin ketersediaan dan kontinuitas pakan dan hijauan yang berkualitas.
  • Meminta agar pemerintah meningkatkan kapasitas SDM peternak melalui penyuluhan dan pendampingan sebagai amant UU SP3K untuk meningkatkan populasi kambing dan produksi susu yang berkualitas.
  • Meminta agar pemerintah melakukan promosi kepada masyarakat agar perspektif negatif produk kambing hilang

Pada penutupnya beliau menyampaikan orientasi pengembangan subsektor peternakan sebaiknya tidak terfokus pada satu jenis ternak tertentu, kambing perah merupakan ternak yang mampu menjadi substitusi sapi perah baik secara ekonomis maupun biologis. Potensi pengembangan kambing perah dan produksi susu kambing sangat tinggi, mengingat ternak kambing sangat adaptif terhadap berbagai jenis lokasi. Pemerintah perlu mereformulasi kebijakan peternakan dan menciptakan skema penggembangan kambing perah sesuai karakter agroekosistem sesuai lokasi dan pengembangan. Dukungan dari seluruh pemangku kepentingan dalam pengembangan ternak kambing perah untuk meningkatkan produksi susu kambing.

Leave a comment »

SOFTWARE UNTUK MEMBUAT FORMULA PAKAN TERNAK RUMINANSIA

cropped-pakanhead.jpg

Penyusunan formula pakan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam suatu usaha peternakan. Kegiatan ini tidak hanya untuk mendapatkan suatu pakan yang seimbang yaitu pakan yang mengandung semua zat makanan yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang cukup tetapi juga dengan harga yang semurah mungkin. Kedua hal tersebut menjadi salah satu penentu produktifitas ternak dan besar-kecilnya input atau biaya pakan dalam suatu usaha peternakan, yang pada akhirnya akan menentukan besarnya keuntungan suatu usaha peternakan.

Kegiatan formulasi pakan bagi suatu industri pakan ternak juga menjadi salah satu tahapan yang penting dan strategis. Formula pakan yang yang telah dibuat dapat memberikan informasi tentang kandungan zat makanan dan harga pakan yang akan diproduksi. Di samping itu formula tersebut juga menjadi pedoman dalam proses pencampuran pakan untuk membuat/memproduksi pakan. Baca entri selengkapnya »

Comments (4) »

Terobosan Baru Sistem E-Katalog Pakan

SME Tower 2 Maret 2015, sebuah terobosan dilakukan oleh Kementerian Pertanian Melalui Sekretariat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan melakukan pembaruan system dalam pelaksanaan penyediaan pakan ruminansia.

IMG_20150302_144251

Dr. Ir. Riwantoro, MM menyampaikan bahwa mulai tahun ini (2015) system pengadaan kebutuhan pakan program Kementan dilakukan melalui system e-katalog. Program ini dilakukan bekerja sama dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Jadi nantinya hanya produsen yang terdaftar di E-katalog LKPP yang dapat menyuplai kebutuhan pakan ruminansia nasional.

Kebutuhan pakan konsentrat untuk ruminansia tahun 2015 untuk 14 provinsi terklasifikasi untuk sapi potong penggemukkan, sapi potong induk dan sapi perah laktasi. Total kebutuhan selama setahun sebanyak 20.845,2 ton

Sapi potong penggemukkan                       14.070 ton

Sapi potong induk                                             475 ton

Sapi perah laktasi                                          6.300 ton

Rakor LKPP dan Kementan

Rakor LKPP dan Kementan

Rakor LKPP dan Ditjen PKH Kementan

Rakor LKPP dan Ditjen PKH Kementan

Hadir dalam acara tersebut bagian pemerintah diwakili Sekretariat Ditjen PKH dan LKPP sedangkan dari produsen pakan dihadiri oleh produsen produsen pakan ruminansia. Langkah ini patut diapresiasi demi akuntabilitas public sekaligus memperbaiki system lelang yang telah berlangsung sebelumnya.

Comments (1) »