Archive for pakan

Padang Gembala Ternak…kapan ON kapan OFF (catatan anak kandang)

Jadwal Grassing, Rotasi

Jadwal Grassing, Rotasi

Lama waktu masa grassing/merumput ternak dipadang gembala/padang rumput harus sebanding dengan total populasi ternak yang merumput. Perhatian dalam padang gembala dari dua sisi :

Ternak : dapat merumput sesuai junlah yang ditentukan, dapat melakukan aktivitas alamiahnya

Padang rumput : masa pakai panjang, lahan tidak rusak, vegetasi tidak mati, regrowth cepat.

Nah….untuk menjaga hal tersebut, peternak/penggembala harus tahu kapan waktu mulai grassing dan kapan saatnya menghentikan.

Parameter kami sederhana, bermodalkan pengamatan warna pastura, sepatu dan ukuran tangan.

Kami off kan..saat warna hijau mulai berkurang seiring dengan warna coklat/warna tanah terlihat. Apabila didekati vegetasi pendek relatif dekat tanah, menghentikan lbh awal lbh ok.

Kondisi Pastura Harus Istirahat

Kondisi Pastura Harus Istirahat

Kami on kan..saat tinggi rumput secara umum minimal setinggi sepatu booth yang kami pakai serta sebaran warna hijau merata.
Waktu Mulai Grassing

Waktu Mulai Grassing

Gitu saja….mung ngono thok…..

Salam entelemi

Leave a comment »

Mini Ranch

proses gembala di mini ranch

proses gembala di mini ranch

Ranch berdasar kamus artinya peternakan. Namun yang dimaksud disini adalah peternakan yang ternaknya digembalakan di padang rumput dengan pengaturan spesifik dengan berbagai infrastructure pendukung untuk menghasilkan produksi ternak optimal. Apabila hal ini dilakukan dalam sekala kecil karena terbatasnya lahan maka dapat disebut mini ranch. Pola ini dapat dilakukan dibeberapa wilayah di Indonesia

Jadwal Grassing, Rotasi

Jadwal Grassing, Rotasi

Mini ranch yang kami kembangkan terutama pada  ternak sapi dan kambing. Pola yang kami lakukan adalah rotasi ternak di padang gembala, dimana ternak akan merumput beberapa waktu kemudian berpindah ke petak lanjutnya. Keterbatasan lahan dapat disiasati juga dengan penjadwalan koloni yang merumput. Pada kondisi cuaca normal ternak berada di pasture  pagi sampai dengan siang dan atau sore. Penambahan pakan masih dilakukan di dalam kandang untuk menutupi kekurangan kebutuhan pakan dari pasture.

Aktivitas Makan Ruminansia

Aktivitas Makan Ruminansia

Keunggulan pola miniranch (http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/) dengan padang gembala yang sudah diperbaiki kualitas dan kuantitas hijauan pakannya adalah:

  • Kebutuhan pakan dapat terpenuhi baik dari segi kualitas dan kuantitasnya karena disesuaikan dengan daya tampung ternak terhadap padang penggembalaan. Padang penggembalaan yang sudah diperbaiki kualitas hijauan pakannya mampu menampung ternak sejumlah 4 ekor sapi dewasa, dibanding padang penggembalaan yang belum diperbaiki hanya menampung 2 ekor ternak sapi dewasa.
  • Kesehatan ternak terpelihara dengan baik, terutama mencegah ternak cacingan, oleh karena pada saat hujan ternak dikandangkan dan dilepaskan di padang penggembalaan pada saat sinar matahari telah terbit, sekitar jam 10 pagi.
  • Menghemat penggunaan tenaga kerja, oleh karena upah tenaga kerja di Kalimantan Timur pada umumnya mahal.
  • Program perbaikan mutu ternak dapat dilaksanakan, karena program inseminasi buatan dapat dilaksanakan ataupun perbaikan mutu ternak dengan cara pelepasan atau penggantian pejantan yang ada dengan pejantan unggul.

 

 

 

Leave a comment »

Kalau Ada Teori Teruji….Kenapa Ragu? Saatnya Feeding & Manajemen Ditingkatkan

Dunia peternakan  berkembang sangat dinamis dari tahun ke tahun. Banyak keilmuan yang terus ter -update dan ter-upgrade mengikuti jaman. Termasuk  ternak ruminansia,  berkembang dengan pesat.  Namun perkembangan ini akan menguntungkan bagi peternak apabila dibarengi dengan ilmu.

Banyak keilmuan pertanian dan peternakan yang telah memunculkan teori-teori yang telah teruji dan dapat diaplikasikan. Teori keilmuan dalam budidaya ternak  dan ilmu non ternak yang mendukung, sangat diperlukan oleh peternak di era saat ini.  Minimal pada ilmu mendasar budidaya ternak.

Berikut kami sampaikan sebuah teori yang tersaji dalam diagram dari buku  Basic Animal Nutrition & Feeding. Fifth Edition karya Wilson G. Pond; David C. Church;  Kevin R. Pond dan PAtricia A Schoknecht. Pada diagram tersebut menjelaskan perubahan bobot badan secara normal pada domba betina dengan bobot awal 70 kg saat melahirkan dua anak kembar.

perubahan bobot badan domba betina.jpg

Pada domba dengan  bobot awal 70 kg dengan jumlah anak yang dilahirkan dua ekor, akan mengalami penurunan bobot badan signifikan pasca melahirkan.  Kondisi ini akan terus menurun seiring dengan masa laktasi dan menyusuinya.  Pada masa kering kandang, kondisi bobot badan akan mulai berangsur-angsur naik hingga siap dikawinkan.  Apabila perkawinan berhasil makan akan ada perkembangan embrio dan mengakibatkan meningkat juga bobot induk. Dinamika kondisi induk pada kondisi normal dapat terbaca pada diagram diatas sehingga dengan pakan dan manajemen yang baik produktivitas ternak tetap terjaga.

  • Dengan diagram ini saya jadi paham kenapa flushing disarankan beberapa minggu sebelum perkawinan.
  • Dari diagram ini saya jadi paham kenapa harus dilakukan perbaikan pakan di kebuntingan bulan ke 3.
  • Melihat gambar ini jadi memaklumi kenapa untuk menghasilkan susu dimasa laktasi harus diimbangi pakan.
  • Dan juga dari diagram ini saya paham kenapa diperlukan masa kering.
  • Akhirnya saya bisa menyimak kapan masa masa kritis peternak harus campur tangan

Jadi upaya persiapkan kondisi ternak dapat dilakukan dengan sedikit mengintip diagram ini….biar apa? Ya biar kondisi ternak membaik dan menghasilkan output yg diharapkan dengan memperbaiki kualitas dan kuantitas pakan.

Diagram ini dapat dimanfaatkan oleh temen temen peternak yang fokus pada perah maupun breeding.  Kenapa? Karena kita dapat menghindari kurangnya susu  untuk anak (pelaku breeding) pasca melahirkan. Karena  kita dapat mengoptimalkan litter size. Karena  kita dapat memproduksi susu dengan optimal. Karena  kita dapat melakukan proses breeding dengan sukses. Dengan mengoptimalkan feeding dan manajemen pada breed yang tepat, setelah mengetahui titik kritis dari siklus produksi ternak.

Leave a comment »

Frekuensi Pemberian Ransum/Pakan

frekuensi pemberian pakan

frekuensi pemberian pakan

Tak terbantahkan betapa crusialnya posisi pakan dalam usaha peternakan. Bersimbiosa dengan kualitas bibit dan manajemen akan sangat menentukan hasil produksi ternak. Hal ini berlaku juga pada ternak ruminansia, dengan dominan pakan berserat dan tambahan pakan penguat.

Tuntutan produksi tinggi harus diimbangi dengan kualitas dan kuantitas pakan.  Produktivitas ini ditunjang dari zat gizi dan energi dari pakan yang dikonsumsi.  Banyak kejadian pakan yang diformulasikan sudah bagus namun kemampuan ternak dalam mengkonsumsinya terbatas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengatur frekuensi pemberian pakan. Hasil penelitian menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan yang semakin sering akan meningkatkan konsumsi ransum. Sapi perah dara dengan pemberian  ransum delapan (8) kali dalam sehari semalam menunjukkan konsumsi ransum dan pertumbuhan  lebih tinggi dibanding pemberian ransum 2 kali sehari semalam. Campbell menyatakan bahwa pemberian ransum yang lebih sering pada sapi perah laktasi akan

  • Meningkatkan konsumsi ransum
  • Meningkatkan produksi susu
  • Meningkatkan kadar lemak susu

Pola pemberian pakan yang seperti ini selain meningkatkan konsumsi pakan juga akan meningkatkan kecernaan bahan kering. Mc Culllough (1973) domba yang diberikan ransum dari satu kali menjadi empat kali sehari  akan meningkatkan kecernaan bahan kering 3,2% (63,9 -à 67,1%) dan peningkatan penyediaan protein dalam rumen. Dengan semakin meningkatnya kecernaan bahan kering makan akan semakin tersedia zat gizi yang dipergunakan untuk produksi ternak. (Pustaka : Ransum Ternak Ruminansia, Sori Basya Siregar)

Leave a comment »