Archive for Uncategorized

Peternakan Bukan Sekadar Pelihara Ternak, Tapi Mengelola Sistem

Banyak orang memulai usaha peternakan dengan niat baik: ingin mandiri, ingin produktif, ingin meningkatkan penghasilan. Namun di lapangan, tidak sedikit peternak yang merasa usahanya berjalan di tempat. Ternak ada, kandang penuh, aktivitas rutin berjalan, tetapi hasil yang diperoleh tidak sebanding dengan tenaga dan biaya yang dikeluarkan.

Masalahnya sering kali bukan pada ternaknya, melainkan pada cara peternakan dikelola.

Peternakan: Lebih dari Aktivitas Memelihara Hewan

Peternakan kerap dipersepsikan sebatas memberi pakan, membersihkan kandang, dan menunggu waktu panen atau penjualan. Padahal, peternakan sejatinya adalah sebuah sistem yang saling terhubung. Jika satu bagian tidak berjalan dengan baik, bagian lain akan ikut terdampak.

Peternakan yang berkelanjutan menuntut lebih dari sekadar rutinitas harian. Ia membutuhkan perencanaan, pencatatan, dan pengambilan keputusan yang tepat.

Empat Pilar Sistem dalam Peternakan

Dalam praktik lapangan, peternakan yang sehat biasanya berdiri di atas empat pilar utama berikut:

1. Produksi

Meliputi manajemen pakan, kesehatan ternak, dan reproduksi. Ketidaktepatan komposisi pakan, keterlambatan penanganan penyakit, atau reproduksi yang tidak terkontrol akan berdampak langsung pada produktivitas dan biaya.

2. Manajemen

Ini sering menjadi titik lemah peternakan rakyat. Tanpa pencatatan yang baik, peternak sulit mengetahui:

  • biaya produksi sebenarnya,
  • performa ternak dari waktu ke waktu,
  • dan titik kerugian atau keuntungan usaha.

Manajemen bukan soal rumit, tetapi soal konsisten mencatat dan mengevaluasi.

3. Sosial dan Kelembagaan

Peternakan jarang berhasil jika berjalan sendiri. Kelompok ternak, koperasi, dan kemitraan membuka akses terhadap:

  • pengetahuan,
  • pasar,
  • permodalan,
  • serta daya tawar yang lebih kuat.

Aspek sosial ini sering kali menentukan keberlanjutan usaha dalam jangka panjang.

4. Lingkungan

Limbah peternakan bukan semata masalah, melainkan potensi. Dengan pengelolaan yang tepat, limbah dapat diolah menjadi pupuk organik, biogas, atau produk bernilai tambah lain yang mendukung ekonomi sirkular.

Masalah Utama: Cara Mengambil Keputusan

Di lapangan, banyak keputusan diambil berdasarkan kebiasaan atau perkiraan. Tanpa data dan catatan, keputusan menjadi spekulatif. Akibatnya:

  • biaya tidak terkendali,
  • risiko meningkat,
  • dan hasil sulit diprediksi.

Peternakan yang maju bukan karena ternaknya lebih banyak, tetapi karena keputusannya lebih tepat.

Sistem yang Rapi, Hasil yang Berbeda

Menariknya, sering kali ternak yang sama, kandang yang sama, dan lingkungan yang sama bisa menghasilkan performa berbeda ketika sistemnya diperbaiki. Mulai dari pencatatan sederhana, jadwal pakan yang konsisten, hingga evaluasi rutin, perubahan kecil ini berdampak besar dalam jangka menengah dan panjang.

Ini bukan soal keberuntungan atau sulap, melainkan soal manajemen dan cara berpikir.

Akhirnya

Peternakan tidak cukup dijalankan dengan kerja keras saja. Ia membutuhkan arah, sistem, dan konsistensi. Ketika peternakan dipandang sebagai sebuah sistem utuh—bukan sekadar aktivitas memelihara ternak—maka peluang untuk tumbuh dan berkelanjutan akan jauh lebih besar.

Peternakan maju bukan karena ternaknya banyak,
tetapi karena sistemnya berjalan.

Peternakan bukan sekadar pelihara ternak
Kenapa usaha peternakan sulit berkembang
Cara mengelola peternakan rakyat
Sistem manajemen peternakan sederhana
Kesalahan umum dalam usaha ternak

Simak http://www.entelemi.com

Leave a comment »

Dari Tambang untuk Kehidupan: Cerita di Balik Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

Siapa bilang dunia pertanian dan pertambangan tak bisa bersatu?
Sebagai lulusan peternakan, dulu saya tak pernah membayangkan akan bekerja di industri tambang. Tapi justru di sinilah, di balik deru alat berat dan hamparan lahan tambang, saya menemukan panggilan baru: membangun masyarakat agar mandiri dan berdaya melalui program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Bidang ini dikenal dengan nama Community Development & Empowerment (CDE) atau Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) — bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan tambang (Corporate Social Responsibility/CSR) yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat sekitar tambang.


Apa Itu Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat di Industri Tambang?

Secara sederhana, kegiatan ini adalah usaha perusahaan untuk memastikan bahwa keberadaan tambang memberikan manfaat sosial dan ekonomi nyata bagi masyarakat sekitar.
Tujuannya bukan hanya membantu, tapi memberdayakan, agar masyarakat bisa mandiri bahkan setelah operasi tambang berhenti.

Contoh program yang dijalankan:

  • Pelatihan kewirausahaan bagi kelompok masyarakat lokal.
  • Program pertanian dan peternakan berkelanjutan, seperti budidaya ayam petelur, kambing, sayuran, dan ikan air tawar.
  • Pendampingan UMKM agar produk lokal bisa masuk pasar digital.
  • Pendidikan dan kesehatan masyarakat, termasuk beasiswa, pelatihan guru, dan program gizi anak.

Setiap kegiatan dilakukan dengan pendekatan partisipatif — artinya masyarakat dilibatkan sejak perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi.


Mengapa Lulusan Pertanian dan Peternakan Relevan di Dunia Tambang?

Banyak yang kaget saat tahu bahwa sarjana pertanian atau peternakan justru sangat dibutuhkan di perusahaan tambang.
Padahal, peran mereka krusial dalam mendukung program pemberdayaan masyarakat yang berbasis potensi lokal.

Beberapa alasannya:

  1. Masyarakat sekitar tambang hidup dari sektor agrikultur.
    Dengan latar belakang pertanian/peternakan, kita memahami cara kerja sistem produksi pangan dan ekonomi desa.
  2. Kemampuan teknis dan sosial.
    Lulusan pertanian terbiasa bekerja di lapangan, berinteraksi dengan petani, peternak, dan kelompok masyarakat — hal yang sangat penting dalam mendampingi mereka.
  3. Pendekatan keberlanjutan (sustainability).
    Pemikiran tentang siklus sumber daya, limbah organik, atau efisiensi lahan bisa diterapkan untuk menciptakan program green livelihood — seperti pertanian terpadu di area reklamasi tambang.

Jadi, walau mungkin tidak bekerja di area eksplorasi tambang, kita berada di garis depan pembangunan manusia.


Apa yang Dilakukan Sehari-hari di Bidang Ini?

“Menambang sumber daya, membangun masa depan.”
Community Development & Empowerment – Mengubah dampak menjadi kesempatan.

Bekerja di bidang Community Development & Empowerment itu dinamis — kadang di kantor, kadang di desa. Kadang rapat dengan pemerintah, kadang panen sayur bersama warga.

Beberapa tanggung jawab utama meliputi:

  • Melakukan riset sosial untuk memahami kondisi masyarakat dan potensi lokal.
  • Merancang program pemberdayaan, seperti pelatihan, bantuan modal, atau infrastruktur sosial.
  • Melakukan pendampingan dan evaluasi, agar program benar-benar memberi dampak nyata.
  • Membuat laporan keberlanjutan (sustainability report) yang menunjukkan kontribusi sosial perusahaan.

Bisa dibilang, pekerjaan ini adalah perpaduan antara ilmu sosial, ekonomi, pertanian, dan empati.


Dampak Nyata: Dari Tambang Menjadi Lahan Kehidupan

Salah satu momen paling berkesan bagi saya adalah ketika kami mendampingi kelompok tani di sekitar area tambang. Dulu, lahan mereka tandus dan sulit digarap. Setelah beberapa bulan pelatihan dan uji coba budidaya, mereka mulai menanam sayuran organik di lahan bekas tambang.

Kini, hasil panennya dijual ke warung makan, bahkan ada yang sudah masuk ke supermarket lokal.
Dari situ saya belajar — pemberdayaan bukan tentang memberi, tapi tentang menumbuhkan.

Dari tanah yang dulu digali, kini tumbuh kehidupan baru.


Potensi dan Masa Depan Profesi Ini

Peran di bidang pemberdayaan masyarakat tambang akan semakin penting di masa depan.
Dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap ESG (Environmental, Social, and Governance) dan pembangunan berkelanjutan, perusahaan tambang harus memastikan bahwa operasi mereka:

  • Ramah lingkungan,
  • Memberikan manfaat sosial nyata, dan
  • Transparan dalam pengelolaan.

Artinya, kebutuhan akan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat, sosial ekonomi, agribisnis, dan lingkungan akan terus meningkat.

Profesi ini bukan hanya “pekerjaan sosial”, tapi bagian dari strategi bisnis yang berkelanjutan — mengubah dampak menjadi kesempatan, dan tantangan menjadi solusi.


Kesimpulan: Tambang Tak Hanya Tentang Batu Bara, Tapi Tentang Manusia

Kini, saya sadar bahwa bekerja di tambang bukan berarti meninggalkan dunia pertanian.
Sebaliknya, saya membawanya ke tempat baru — tempat di mana ilmu pertanian dan peternakan bisa menumbuhkan kehidupan di tengah industri.

Kita bukan hanya menambang sumber daya alam,
tapi juga menambang potensi manusia dan masa depan mereka.

Leave a comment »

Breeding yang Menggema: Strategi Ilmiah dan Praktis untuk Maksimalkan Litter Size

Di tengah tantangan sulitnya mendapatkan bakalan untuk fattening, breeding atau pengembangbiakan ternak menjadi solusi utama. Namun, keberhasilan breeding tidak hanya soal mengawinkan induk dan pejantan saja, tetapi ada tiga faktor kunci yang harus dioptimalkan agar menghasilkan litter size (jumlah anak per kelahiran) yang tinggi dan berkualitas.

1. Meningkatkan Angka Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium yang kemudian siap dibuahi. Semakin banyak sel telur matang, peluang anak yang lahir semakin besar. Berdasarkan penelitian oleh Wahyuni et al. (2020), pemberian hormon gonadotropin seperti PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin) atau eCG pada induk dapat merangsang ovarium untuk melepaskan lebih banyak ovum. Praktik di peternakan babi di Jawa Timur menunjukkan bahwa induk yang mendapat terapi hormon ini rata-rata beranak 12 ekor, sedangkan kelompok kontrol hanya sekitar 7-8 ekor.

Namun, perlu perhatian khusus pada dosis dan waktu pemberian hormon agar tidak menimbulkan stres hormonal yang malah menurunkan fertilitas. Pendekatan ini harus dilakukan dengan pengawasan veteriner.

2. Menekan Terjadinya Kematian Embrio

Meskipun ovulasi sukses dan fertilisasi terjadi, tidak semua embrio berkembang sempurna. Kematian embrio di trimester awal kehamilan sering menjadi penyebab turunnya jumlah anak lahir. Studi oleh Kim dan Hopkins (2019) menegaskan bahwa faktor nutrisi, stres lingkungan, serta infeksi bakteri dan virus menjadi penyebab utama kematian embrio.

Dalam praktik, peternakan di Jawa Tengah yang rutin menjaga kondisi kandang bersih, menyediakan pakan dengan kandungan nutrisi lengkap terutama folat dan vitamin E, serta menerapkan kontrol kesehatan yang ketat, mampu menekan angka kematian embrio hingga 30%. Asupan nutrisi ini penting untuk sintesis DNA dan perkembangan jaringan embrio.

3. Meningkatkan Fertilitas Induk dan Pemacek

Fertilitas yang optimal pada induk dan pejantan adalah penentu langsung keberhasilan breeding. Smith et al. (2021) menyebutkan pemeriksaan kesehatan reproduksi secara rutin dan seleksi genetik pejantan serta induk yang sehat meningkatkan kualitas sperma dan ovum.

Contoh nyata dari kelompok peternak kambing di Lombok memperlihatkan setelah menerapkan program seleksi ketat, vaksinasi, dan perbaikan manajemen pemeliharaan, fertilitas meningkat signifikan sehingga jumlah anak per kelahiran pun bertambah dengan kualitas yang lebih baik.

Kesimpulan

Optimalisasi breeding agar mendapatkan litter size tinggi adalah perpaduan ilmu pengetahuan dan praktik lapangan. Fokus pada peningkatan angka ovulasi, pengurangan kematian embrio, serta perbaikan fertilitas induk dan pejantan akan membawa dampak besar bagi produktivitas peternakan.

Untuk peternak yang ingin meningkatkan hasil breedingnya, pendekatan terukur dengan dukungan ilmu serta manajemen yang baik adalah kunci sukses.

Salam entelemi!

Pustaka :

  1. Wahyuni, S., et al. (2020). Effects of Gonadotropin Hormones (PMSG and eCG) on Ovulation Rate in Swine. Journal of Animal Reproduction Science, 45(2), 123-130.
  2. Kim, J., & Hopkins, J. (2019). Nutritional and Environmental Factors Affecting Embryo Survival in Livestock. Veterinary Reproduction Journal, 33(4), 205-212.
  3. Smith, R., et al. (2021). Improving Fertility through Genetic Selection and Health Management in Small Ruminants. Animal Genetics and Breeding, 29(1), 56-63.

Leave a comment »

Lamtoro aka Leuchaena leucocephala dilahan Reklamasi

LAmtoro

“Mlanding” …(jawa) vegetasi yang tumbuh bagus dilahan reklamasi sd pasca tambang. Penyebarannya sangat mudah dan cepat membuat rimbun area. Tanaman ini merupakan legume pohon yang juga membantu memperbaiki kondisi tanah.

Dilahan pasca tambang….penyebarannya bagus dan tanaman ini merupakan salah satu potensi pakan yang dapat dikembangkan.

Libang pertanian menyebutkan kandungan protein kasar diatas 20%, TDN 65 dan ME 11 mj/kg. Potensi yang nyata sebagai hijauan pakan ternak.

Lamtoro (Leuchaena leucochepala)

Lantoro jenis turamba sudah diaplikasikan pada sapi bali di NTB dengan menghasilkan karkas sama sd lebih 50%, selain itu daging mengandung asam lemak jenuh lebih rendah, linoleat tinggi, empuk dan lebih juicy.

Dan jenis ini banyak diriset dan dikembangkan di negara lain juga.

Jadi haiyukkkk..dikembangken.

Salam Entelemi

Leave a comment »