Posts tagged industri

Bank Pakan, Solusi Tuntas Pakan

silase drum

Indonesia terkenal dengan julukan negara agraris, dimana pertanian masih menjadi andalan dalam sendi kehidupan. Hasil pertanian sudah pasti menghasilkan limbah-limbah, terkadang belum dimanfaatkan. Fakta ini sebenarnya adalah potensi sumber bahan pakan ternak ruminan.

Limbah hasil pertanian ,perkebunan dan agroindustri cukup tersedia di Indonesia, namun potensinya belum dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak.Dapat diartikan sebagai bahan yang dibuang. Beberapa limbah antara lain jerami padi, tebon jagung, pucuk tebu, rendeng kedelai dll.

silase

 

 

Limbah –limbah pertanian, tersebut berpotensi  tetapi ada beberapa kekurangan

  • Palatabilitas rendah
  • Serat kasar tinggi
  • Daya cerna rendah
  • Tidak awet disimpan

Kondisi bahan yang demikian ini memerlukan kreatifitas kita untuk mengolah.

Kondisi lebih ektrim sering terjadi dimusim penghujan, dimana hijauan pakan ternak melimpah serta sangat kurang dimusim kemarau. Kondisi dan fakta ini menuntut usaha kita menampung dan menyimpan hijauan saat melimpah. Bank pakan menjadi salah satu solusi pengolahan pengawetan hijauan. Pengawetan yang familiar adalah silase.

silase

Proses silase (ensilage) terjadi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) sehingga prosedur yang dikerjakan harus dapat memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam sesingkat mungkin

  • Hijauan awet dlm kondisi asam (pH< 4)
  • Asam yg diharapkan adl ASAM LAKTAT
  • Bakteri asam laktat dapat berkembang bila cukup air (KA ± 65%) & karbohidrat, dalam kondisi an-aerob (hampa udara)

Proses ini mengacu pada:

1.Biasanya diilakukan pada bahan kecernaan rendah biasanya serat tinggi

2.Dilakukan pada saat bahan melimpah

3.Pemilikan ternak banyak,

4.Bahan baku mudah rusak, mengawetkan

5.Kandang diarea pemukiman

Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama

Pemotongan / pencacahan bahan : ukuran sebaiknya sekitar 4 – 5 cm

Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo

Bahan tambahan yang diberikan merupakan bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :

ACUAN:

Molase (tetes tebu)         : 2,5 kg /100 kg hijauan.

Onggok   : 2,5 kg/100 kg hijauan.

Jagung   : 3,5 kg/100 kg hijauan.

Dedak halus        : 5,0 kg/100 kg hijauan.

Ampas sagu           : 7,0 kg/100 kg hijauanC

aditif

Silase yang baik adalah silase yang disukai ternak.Silase setelah dikeluarkan dari silo sebaiknya langsung diberikan pada ternak, atau bila dijumpai bau menyengat dapat diangin-anginkan sebentar (selama tidak busuk)

Seringkali ada ternak yang tidak suka silase, biasanya kondisi ini disebabkan belum terbiasa mengkonsumsi silase à dengan latihan antara 2 sampai 3 hari umumnya konsumsi ternak dengan silase berjalan normal.

Anda tertarik….kita jual dengan sistem peminjaman drum, seperti sistem gas LPG

BANK PAKAN #Bersama Ben Berkah

File tentang pengolahan bisa didownload disinidisini

 

Comments (7) »

Hindari Inbreed, Perbaiki Genetik…..ASPEKPIN hadir

bbpu dan aspekpin

Aspirasi peternak perlu didengar, perlu ditampung, perlu diteruskan….inilah yang menjadi salah satu alasan diperlukannya sebuah wadah. Saat ini pelaku usaha peternakan kambing perah meningkat dibanding beberapa tahun dahulu; akomodir permasalahan, usulan, ide dan gagasan demi kemajuan usaha ternak kambing perah mutlak diperlukan.

Disinilah peran Asosiasi Peternak Kambing Perah Indonesia (ASPEKPIN) untuk menjadi wadah peternak kambing perah nasional. Menjadi asosiasi unggulan dan advokasi bagi peternak kambing perah nasional, yang mampu menghadirkan kesejahteraan bagi anggotanya, inilah misi dari ASPEKPIN.  Sedangkan misinya adalah

  1. Meningkatkan kualitas bibit kambing perah nasional melalui program bersama dengan pemerintah.
  2. Meningkatkan skil peternak kambing perah melalui pembinaan dan pelatihan berkala.
  3. Menghadirkan bibit ternak dan hasil produksi peternak kambing perah yang memiliki standar nasional.
  4. Menghadirkan koperasi peternak kambing perah sebagai salah satu solusi permasalahan anggota.
  5. Menjadi mitra pemerintah dalam memajukan industry peternakan kambing perah nasional.
  6. Membangun jaringan pasar dalam rangka menjamin kelangsungan serapan hasil produksi anggota.

Baca entri selengkapnya »

Leave a comment »

Audiensi DPD Aspekpin Jawa Tengah dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Jawa Tengah

Audiensi DPD ASPEKPIN JAteng _Dinas Peternakan dan Kesehatan

Audiensi DPD ASPEKPIN JAteng _Dinas Peternakan dan Kesehatan

Konsumsi susu masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibanding negara-negara kawasan Asia lainnya, konsumsi susu di Indonesia jika di rata-rata hanya 11 liter per tahun, yang berarti juga setiap harinya masyarakat indonesia hanya mengkonsumsi 5 tetes susu per hari, sebagaimana diungkapkan wakil menteri pertanian RI Rusman Heriawan pada peringatan Hari Susu Nusantara (HSN) 2012 di Jogjakarta beberapa waktu lalu.

Peningkatan dan pemenuhan konsumsi susu di indonesia hendaknya memang tidak hanya berasal dari susu sapi perah saja, mengingat potensi ternak lainnya seperti kambing yang juga memiliki potensi besar sebagai penghasil susu. Sebagaimana kita ketahui bersama di Indonesia terdapat beberapa ras kambing dengan kemampuan produksi susu yang baik seperti kambing Saanen, Anglo-Nubian dan Nubian  yang berasal dari eropa, kambing Peranakan Ettawa (PE) termasuk didalamnya Kambing Kaligesing, Kambing Senduro dan Jawa Randu.

Asosisasi Peternak Kambing Perah Indonesia (Aspekpin) DPD Jawa Tegah baru-baru ini melakukan audiensi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan propinsi Jawa Tengah bertempat di Lantai 2 gedung Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Jawa Tengah, Tarubudaya Ungaran. Audiensi mengagendakan paparan Aspekpin DPD Jateng mengenai kondisi peternak dan peternakan kambing perah di Indonesia dan di Jawa Tengah khususnya, selain itu di paparkan juga pentingnya Aspekpin sebagai mitra strategis pemerintah dalam usaha mencapai swasembada susu 2020 sebagaimana dicanangkan pemerintah pusat. Baca entri selengkapnya »

Comments (1) »

Inseminasi Buatan sebagai Teknologi Peternakan

Teknologi dibidang peternakan merupakan hasil rekayasa ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan hasil produksi peternakan. Peternak akan memilih komoditas dan teknologi yang mudah diperoleh saat dibutuhkan dan murah. Teknologi untuk meningkatkan produksi ternak telah banyak dilakukan baik dalam sistem perkawinan, sistem pemberian pakan maupun manajemen pemeliharaan. Inseminasi Buatan ialah deposisi atau pemasukan semen (mani) kedalam alat kelamin betina dengan menggunakan alat-alat buatan manusia, jadi bukan secara alam. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) telah diterapkan di Indonesia sejak 1952. Dalam hal pemilihan bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran sapi-sapi yang kurang baik dari kelompok sapi yang dipelihara perlu dilakukan. Laju pertumbuhan sapi macam apapun kerapkali tidak dihiraukan, dan yang terpenting bagi peternak ialah kelompok sapi yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak. Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek seyogyanya adalah milik desa atau milik pemerintah atau dengan Inseminasi Buatan. Keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya mungkin tercapai apabila faktor-faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan menejmen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula. Terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam memproduksi daging. PUSTAKA: Sugeng, Y. B. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Leave a comment »